Filosofi hidup orang Jawa masih di pegang hingga saat ini, karena makna dari filosofi atau falsafah tersebut tetap related dengan perkembangan jaman.
Bahkan tidak hanya orang Jawa saja yang menerapkannya dalam kehidupan, orang selain suku Jawa juga banyak yang menyukainya.
Indonesia memang terdiri dari beragam suku dan Bahasa, dan setiap suku umumnya memiliki falsafahnya masing-masing. Secara umum filosofi tersebut bisa saja menggunakan Bahasa yang berbeda, namun jika ditarik garis besarnya, maknanya pada umumnya sama.
Di Indonesia, memang suku Jawa yang dominan karena jumlahnya begitu besar. Tidak heran jika filosofi hidup orang Jawa memberikan pengaruh juga pada banyak orang dan perkembangan dari Indonesia sendiri.
Meski sudah banyak kalangan muda saat ini yang tidak lagi mengetahui filosofi tersebut, rasanya tetap penting untuk dilestarikan, karena dengan menerapkan filosofi dalam diri, menjalani kehidupan jadi lebih mudah.
Filosofi Hidup Orang Jawa yang Cocok Diterapkan dalam Kehidupan
Filosofi dalam setiap suku bangsa digunakan sebagai pedoman atau pegangan dalam hidup, agar seseorang bisa menjalani kehidupannya secara lebih bermakna. Dalam suku Jawa ada beberapa filosofi yang sampai saat ini masih sangat populer, diantarnya sebagai berikut.
1. Nerima Ing Pandum
Secara sederhana filosofi di atas dapat diartikan sebagai menerima segala pemberian. Orang Jawa memang dikenal selalu mengedepankan sikap ikhlas dalam segala hal. Oleh sebab itu, pikiran tidak terbebani ketika cita-cita tidak tercapai.
filosofi hidup orang Jawa ini tujuannya untuk membuat seseorang tidak serakah dalam kehidupan, dan mensyukuri segala karunia yang diberikan Tuhan. Bahkan ketika mengalami musibah, orang Jawa tetap ikhlas menjalaninya.
2. Aja Kuminter Mundak Keblinger, Aja Cidra Mundak Cilaka
Filosofi lain dari orang Jawa yang juga masih related diterapkan dalam kehidupan sekarang adalah filosofi di atas. Filosofi di atas artinya jangan menganggap diri sebagai yang paling pintar, agar tidak salah tujuan, serta jangan berbuat buruk kepada orang lain agar tidak celaka.
Filosofi ini mengajarkan kita untuk tetap rendah hati, serta mementingkan bagi sesama. Terkadang orang yang menganggap diri paling pintar justru sulit menerima masukan dari orang lain. filosofi hidup orang Jawa ini tetap penting diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Nguluk Tanpa Bala, Menang Tanpa Ngasorake, Sekti Tanpa Aji-aji, Sugih Tanpa Bandha
Filosofi di atas memiliki arti menyerang tanpa pasukan tentara, menang tanpa merendakan lawan, kesaktian tanpa ajian, dan kekayaan tanpa kemewahan. Filosofi yang satu ini bahkan sudah banyak digunakan dalam lagu-lagu Jawa karena maknanya yang begitu dalam.
Falsafah ini mengingatkan kita untuk selalu berani berjuang meski sendirian, dan ketika meraih kemenangan, tidak membuat lawan merasa direndahkan. Filosofi ini juga mengajarkan agar kita tidak mencari kemewahan atau mementingkan harta benda saja.
4. Sapa Nandur Bakalan Ngunduh
Sapa Nandur Bakalan Ngunduh artinya siapa yang mengumpulkan kebaikan maka akan mendapatkan buah yang manis di masa depan. Filosofi ini mengajarkan soal karma bahwa setiap tindakan dalam kehidupan memiliki karma.
Sebagaimana karma pada umumnya, selalu ada karma baik dan karma jahat. Jadi jika kebaikan yang kita lakukan, maka kebaikan juga yang akan datang. Sedangkan jika kita melakukan tindakan buruk, maka hal buruk akan menimpa kita di masa depan.
Setiap falsafah atau filosofi mengandung nilai-nilai yang positif untuk diterapkan dalam kehidupan. Meski Anda orang Jawa atau tidak, filosofi hidup orang Jawa ini tentu layak diterapkan agar bisa mendapat kebahagiaan dalam hidup.